Rabu, 10 Agustus 2016

sejarah kebudayaan islam

BAB 1
Sejarah Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah


A.      Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
1.       Asal-usul Bani Abbas
Dinasti abbasiyah adalah pemerintahan islam yang berdiri setelah Dinasti Bani Umayyah hancur. Nama Dinasti Abbassiah diambil dari nama paman Nabi yaitu Abbas bin Abi taleb, maka adapun penggagas pertama dari berdirinya dinasti ini adalah Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Abdi Manaf bin Hasim. Walaupun Ali bin Abdullah tidak sempat mewujudkan berdirinya Daulah Abbasiyah, namun anak cucunya berhasil mewujudkan cita-cita Ali bin Abdullah tersebut setelah melalui perjuangan dan proses yang sangat panjang.

2.     Berdirinya Dinasti Bani Abbas ( Daulah Abbasiyah )
Dinasti Abbasia berdiri melalui proses yang cukup panjang, diawali dari Salah seorang keluarga Bani Abbas bernama Ali bin Abdullah bin Abbas. Ia sangat berambisi merebut kekuasaan dari penguasa Bani Umayyah. Untuk mewujudkan keinginannya, ia melakukan taktik dan strategi yang lambat namun pasti.
Ali bin Abdullah melakukan propaganda anti Bani Umayyah kepada masyarakat luas.yang bertujuan Untuk mendapatkan simpati rakyat, maka adapun dalam propagandanya, Ali bin Abdullah meminta pendukungan untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat membantu keluarga Rasulullah SAW yang telah diperlakukan tidak adil oleh pemerintah Bani Umayyah. Namun sayang, sebelum mewujudkan cita-citanya, Ali bin Abdullah wafat tahun 124 H/742 M.
Sepeninggalannya, cita-cita beliau dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Muhammad bin Ali , beliau juga menbuat propaganda anti bani Umayyah sebagai mana yang pernah dilakukan oleh ayahnya. ketika pada masa beliau, beliau menjadikan kota Kufah dan Khurasan sebagai benteng pertanahan Bani Abbas. Kedua kota ini dianggab sebagai tempat yang strategis, karena banyak dihuni oleh masyarakat Muslim non-Arab (‘Ajam) yang merasa tidak puas dengan pemerintahan bani Umayyah yang memperlakukan mereka secara tidak adil.
Usaha Muhammad bin Ali ini ternyata benar- benar mendapat dukungan kuat dari masyarakat Muslim non-Arab. Namun sayang, Muhammad bin Ali meninggal tahun 127 H/745 M sebelum Dinasti Abbasiyah terbentuk. Sepeninggal Muhammad bin Ali, putra yang bernama Ibrahim bin Muhammad bertekad melanjutkan perjuangan Bapak dan kakeknya. Usahanya mendapat dukungan dari masyarakat luas. Terutama dari kaum Syi’ah yang sangat tertekan sepanjang Bani Umayyah berkuasa.
Karena usahanya yang sangat gigih dan mendapat dukungan dari masyarakat luas, terutama yang merasa kecewa dengan Bani Umayyah. Melihat kondisi tersebut, Khalifah Marwan II, khalifah terakhir  Bani Umayyah, menganggap sebagai Ibrahim bin Muhammad ancaman. Ia mengirim pasukan untuk menangkap Ibrahim bin Muhammad. Ibrahim ditangkap oleh pasukan Umayyah lalu diasingkan dan dibunuh tahun 128 H/746 M.
Penangkapan Ibrahim bin Muhammad membangkitkan kemarahan dua saudaranya yaitu Abu Abbas As-Safah dan Abu Ja’far Al-Mansur. Pada tahun 129 H/747 M, dibantu oleh Abu Muslim Al-Khurasani, mereka melakukan pemberontakan dan penyerangan besar-besaran di kota–kota penting pemerintahan Bani Umayyah. Abu Muslim Al-Khurasani memimpin penyerangan kedaerah kota damakus, Abu Abbas As-Safah memimpin penyerangan di mesir dan Abu Ja’far Al-Mansur      bersiap menangkap para pengikut muawiyyah yang melarikan diri, maka pada suatu har Khalifah Marwan II terkepung di kota Damaskus, namun akhirnya dia berhasil melarikan diri  ke Yordania lalu ke Palestina. Namun Khalifah Marwan II dihadang oleh pasukan Abbasiyah yang dikirm oleh Abu Abbas As-Safah. Pada tahun 132 H/750 M, Khalifah Marwan II ditangkap di kota kecil bernama Al-Askar sebelah timur kota Fustat, ibu kota Mesir saat itu. Kepalanya dipenggal lalu dikirim kepada Abu Abbas sebagai bukti keberhasilan dan kekalahan musuhnya.
Dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II, berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus dan berdirilah Daulah Abbasiyah dengan Khalifah pertama Abu Abbas As-Safah. yang memerintah tahun 132 – 136 H/750 – 754 M.
Dimasa pengejaran dan pembantaian keluarga Bani Umayyah dan para pengikutnya oleh Abu Abbas As-Safah, ada seorang keturunan Bani Umayyah yang berhasil meloskan diri, yaitu Abdurrahman bin Mu’awiyah bin Hasya bin Abdul Malik, Khalifah ke -10 di Damaskus. Ia lebih dikenal dengan sebutan Abdurrahman Ad-Dakhil. Yang berhasil masuk ke Spanyol dan menaklukkannya. Disana ia mendirikan Daulah Umayyah II yang berpusat di Andalusia, Spanyol.

B.    Tokoh – Tokoh Yang Berjasa Dalam Pembentukan Dinasti Abasiyyah
1.  Ali bin Abdullah
Namanya Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf Al-Quraysi, Ia termasuk keturunan Hasyim. Ali bin Abdullah memulai usahanya ketika Bani Umayyah dipimpin oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz. Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil. Keadaan yang stabil dan relative aman saat itu sangat memungkinkan bagi Ali bin Abdullah untuk melakukan upaya propaganda anti Bani Umayyah. Pergerakannya berpusat di Al-Humaymah dekat Kufah. Sasaran propagandanya adalah orang-orang kufah dan khurasan yang mana diantara mereka banyak yang bukan orang arab, atau disebut dengan kaum mawali/ ‘ajam, yang mana kehidupan mereka sering tidak mendapatkan keadilan dari pemimpin-pemimpin Muawyyah.
Untuk melancarkan upayanya, Ali bin Abdullah mendidik 12 orang kader dai yang telah diberi pendidikan dan pelatihan. Ia meminta kepada para kadernya untuk menyebarluaskan gerakan mendukung keluarga Nabi Muhammad SAW yang telah di perlakukan tidak adil oleh ABni Umayyah. Namun di tengah-tengah usahanya, Ali bin Abdullah wafat dan cita-citanya diteruskan oleh putranya, Muhammad bin Ali.

2.  Muhammad bin Ali
Kematian Ali bin Abdullah meyatakan semangat Muhammad bin Ali untuk meneruskan cita-cita ayahnya. Selain menggandeng kaum Mawali ia pun bekerjasama dengan kaum Syi’ah yang meyimpan dendam terhadap Daulah Bani Umayyah. Namun sayang, Muhammad bin Ali juga wafat sebelum cita-citanya terwujud.

3.  Ibrahin bin Muhammad
Ibrahim bin Muhammad yang bercita-cita melanjutkan perjuangan ayah dan kakeknya giat melancarkan propaganda anti pemerintah Umayyah. Dengan bantuan Abu Muslim Al-Khurrasani yang menguasai kaum Mawali di Khurasan, Ibrahim telah menguasai beberapa kota, yaitu Khurassan, Kufah, Basrah, Mekah, dan madinah.
Dianggab sebagai pemberontak oleh pemerintah Ummayah, akhirnya Ibrahim bin Muhammad Ditangkap oleh pasukan Ummayyah yang dikirim oleh Khalifah Marwan II. Ia diasingkan kemudian dibunuh.

4.  Abu Abbas As-Safah
Ia adalah adik dari Ibrahim bin Muhammad. Abu Abbas As-Safah merupakan salah seorang yang paling berperan dalam pembentukan Daulah Bani Abbas. Bersama adiknya, Abu Ja’far Al-Manshur dan dibantu oleh panglima Khurasan yang pemberani, Abu Muslim, mereka menghancurkan kekuatan Umayyah yang terkahir sehingga mampu membunuh Khalifah Marwan II.
Abu Abbas As-Safah adalah Khalifah Abbasiyah pertama. Ia dinobatkan  sebagai khalifah setelah berhasil memenangkan berbagai pertempuran melawan pasukan Ummayyah. Nama asli adalah Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Nama As-safah berarti” haus darah” adalah gelar yang diberikan kepadanya.
Di masa pemerintahan Abu Abbas as-Safah, Ibu kota Daulah bani Abbas berada di Al-Hasyimiyah dekat kufah. Ia memerinta Daulah Abbasiyah tidak lama, yaitu antara tahun 132 – 137 H/750-754 M. ia memberikan dasar yang kuat-terhadap kekuatan Negara dan keberlangsungan kekuasaanya.

5.   Abu Ja’far Al-Manshur
Abu Ja’far Al-Manshur adalah saudara Abu Abbas As-safah. Ia termasuk salah seorang pendiri Daulah Abbasiyah. Ia seorang politikus ulung, panglima perkasa dan pemberani, dan orang yang teguh pendirian. Karena jasanya yang sangat besar terhadap pembentuka daulah Bani Abbasiyah, ia pantas dijuluki “Bapak Dinasti Bani Abbas”.
Setelah Abu Abbas As-Safah meninggal ia dibaiat menjadi khalifah kedua Daulah Abbasiyah. Saat menjadi khalifah, Abu Ja’far Al-Manshur banyak berjasa bagi kelangsungan kekuasan Dinasti Abbasiyah periode berikutnya.
Abu ja’far Al-Manshur telah memberikan simbol dan kebanggaan bagi kejayaan Bani Abbas dengan membangun kota Bagdad menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah. kota yang terletak di tepi dua sungai besar Eufrat dan Tigris itu pembangunannya menghabiskan 18.000.000 dinar.Saat itu Bagdad merupakan kota termasyhur di dunia karena kemewahan,keindahahan,keteraturan, dan kebersihan.

6.   Abu Muslim Al-Khurasani
Ia adalah pimpinan gerakan agama dan politik di Khurasan, Persia (Iran) yang paling berjasa kepada Bani Abbas dalam usaha menumbangkan Dinasti Bani Umayyahh. Semboyan yang digunakan  Abu Muslim dalam propagandanya adalah Li Ar-ridha min Muhammad (demi keridaan keluarga nabi Muhammad).
Namun sayang, uasaha Abu muslim Al-Khurasani yang berperan besar dalam menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah dan mengantarkan terbentuknya Daulah Abbassiyah, dibalas dengan pembunuhan atas dirinya sendiri oleh Khalifah kedua Bani Abbas, Abu Ja’far Al-Manshur. Al-Manshur memandang pengaruh Abu Muslim Al-Khurasani yang sedemikian besar menjadi ancaman bagi keberlangsungan kekuasaanya.

C.     Periodisasi Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
Keberadaan Daulah Abbasiyah  berlangsung sampai Tahun 656 H/1258 M. Masa yang panjang itu dilaluinya dengan pola pemerintah yang berubah-ubah. Berdasarkan perbedaan pola dan perubahan politik itu,juga mengingat masa berkuasa Daulah Abbasiyah ini cukup lama para sejarawan membagi masa kekhalifahan Bani Abbasiyah kepada empat periode.

1.   Periode Abbasiyah I (132-232H/750-847M)
Periode pertama Daulah Abbasiyah berlangsung 97 tahun dan dipimpin oleh 9 orang Khalifah. Mulai dari Abu Abbas As-Safah (132-136 H/750-754M) sampai Khalifah Al-Watsiq (227 – 232H/842 – 947 M).
Periode ini di sebut periode keemasan Daulah Abbasiyah.Para Khalifah yang memimpin Abbasiyah pada periode ini selain ahli dalam ketatanegaraan,politik dan pemerintahan mereka sangat mencintai ilmu pengetahuan,peradaban, dan dikenal dekat dengan ulama (ilmuwan). Puncak popularitas daulah ini berada pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid (786 – 809 M) dan putranya Al-Makmun (813 – 833 M)

Para Khalifah yang memimpin Daulah Abbasiyah periode pertama adalah :
·       Abul Abbas As-Safah (132 -  136 H/750 – 754 M)
·       Abu Ja’far Al – Manshur ( 136 – 158 H/ 754 – 775 M)
·       Al - Mahdi (158 – 169 H/ 775 – 785 M)
·       Musa Al - Hadi (169 – 170 H/785 – 786 M)
·       Harun Al - Rasyid (170 – 193 H/ 786 – 809 M)
·       Al – Amin (193 – 198 H/809 – 813 M)
·       Abdullah Al – Makmun (198 -  218 H/ 813 – 833M)
·       Al – Mu’tasim (218 – 227 H/833 – 842 M)
·       Al- Watsiq (227 – 232 H/842 – 847 M)

2.  Periode Abbasiyah II (232 – 334 H/847 – 946 M)
Periode ini berlangsung selama 99 tahun, dipimpin oleh 13 Khalifah. Periode ini bisa dikatakan sebagai awal kelemahan Dinasti Abbasiyah. Kebijakan Khalifah Al-Mut’tasim(218 – 227 H/833 – 842 M) terhadap unsur Turki dalam masalah ketentaraa,membuat kebiasaan orang – orang muslim mengikuti perjalanan perang menjadi terhenti. Sehinnga sangat berpengaruh terhadap kedaulatan bangsa dan Negara.
Khalifah Al-Mu’tasim (218 – 227 H/833 – 842 M) dan khalifah sesudahnya yaitu Al – Watsiq (842 – 847 M) mampu mengendalikan mereka.Akan tetapi Khalifah Al- Mutawakkil (232 -247 H/847 – 861 M) yang merupakan khalifah awal periode ini merupakan khalifah yang lemah.Pada masanya orang – orang Turki dapat merebut kekuasaan dengan cepat setelah Al-Mutawakil wafat. Merekalah yang memilih dan mengangkat khalifah sesuai dengan kehendak mereka.
Dengan demikian, kekuasaan tidak lagi ada di tangan khalifah Bani Abbas. Factor-faktor penting lain yang menyebabkan kemunduran Dinasti Absasiyah pada periode ini adalah:

1.     Luasnya wilayah yang harus dikendalikan seangkan organisasi dan komunikasi rapuh / lemah.
2.     Ketergantungan kepada tentara sangat tinggi, sehingga menurunkan semangat rakyat dalam pembelaan Negara.
3.     Kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat tinggi.

Periode Dinasti Abbasiyah  II dipimpin oleh 13 orang khalifah yaitu :
1)       Al-Mutawakkil (232 – 247 H/847 – 861 M)
2)     Al-Muntashir (247 – 248 H/861 – 862 M)
3)     Al-Musta’in (248 – 252 H/862 – 866 M)
4)     Al-Mu’taz (252-256 H/866 – 869 M)
5)     Al-Muhtadi (255-256 H/869 – 870 M)
6)     Al-Mu’tamid (256-279 H/870 – 892 M)
7)     Al-Mu’tadhid (279 - 289 H/892 – 902 M)
8)     Al-Muktafi (289 - 295 H/902 – 908 M)
9)     Al-Muqtadi (295 - 320 H/908 – 932 M)
10) Al-Qahir (320 - 322 H/932 – 934 M)
11)  Al-Radhi (322 - 329 H/934 – 940 M)
12) Al-Muttaqi (329 - 333 H/940 – 944 M)
13) Al-Mustakfi (333 - 334 H/944 – 945 M)



3.  Periode Abbasiyah III
 perdagangan juga mengalami kemajuan.
Khalifah yang berkuasa pada periode ini adalah:
1)      Al-Mu’thi (334 - 363 H/946 – 974 M)
2)     At-Thai (363 - 381 H/974 – 991 M)
3)     Al-Qadri (381 – 422 H/991 – 1031 M)
4)     Al-Qayyim (422 - 476 H/1031 – 1075 M)
5)     Al-Muqtadi (467 - 487 H/1075 – 1094 M)

4.  Periode Abbasiyah IV (487 - 656 H/1094 – 1258 M)
Periode ini berlangsung sekitar 164 tahun. Jika pada periode sebelumnya kekuasaan Abbasiyah berada di bawah kendali Bani Buwaihi, maka pada periode ini kekuasaan berada di bawah kendali kaum Saljuk dari Turki. Saljuk adalah nama penguasa suku-suku Oqhuz di Turki. Namun Saljuk adalah nama suku yang diambil sebagai penghormatan atas nenek moyang mereka bernama Saljuk bin Yakak.
Puncak pengaruh kaum Saljuk terhadap kekhalifahan Bani Abbas dimulai tahun 510 H/1116 M sampai tahun 656 H/1258 M ketika tentara Mongol membumihanguskan kota Baghdad dan segala isinya yang menandai berakhirnya Dinasti Abbasiyah. Yang memimpin Dinasti Abbasiyah pada periode ini adalah:
Al-Mustadzir (487 - 52I H/1094 - 1118 M)
1.       Al-Mustarsyid (521 - 529 H/1118 - 1135 M)
2.      Ar-Rasyid (529 - 530 H/1135 - 1136 M)
3.      Al-Muktafi (530 - 555 H/1136 - 1160 M)
4.      Al-Mustanjid (555 - 566 H/160 - 1170 M)
5.      Al-Mustadhi (566 - 575 H/1170 - 1180 M)
6.      An-Nasir (575 - 622 H/1180 - 1225 M)
7.      Az-Zahir (622 - 623 H/1225 - 1226 M)
8.      Al-Mustanhir (623 - 640 H/1226 - 1242 M)
9.      Al-Musta'shim (640 - 656 H/1224 - 1288)
Dari keempat periode ini, Dinasti Bani Abbas melahirkan 37 orang khalifah. Banyak kemajuan yang telah diraih oleh dinasti ini di berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, militer, ekonomi, sosial, arsitektur, dan sebagainya. Dari 37 khalifah yang memimpin Dinasti Abbasiyah, hanya sembilan khalifah periode pertama yang paling banyak jasanya.
Soal-sola latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan baik dan benar
1)     Apa yang dimaksud dengan daulah Abbasiah
2)     Kenapa para keturunan Abbasiah sangat berambisi menggulingkan dinasti Umayyah, jelaskan
3)     Sapakah nama penggagas berdirinya bani Abbasia, dan siapa khlifah pertamanya
4)     Pada tahun berapakah dinasti Abbasiah berdiri, dan kenapa dinamakan dengan dinasti abbasiah
5)     Apa yang dimaksud dengan kaum mawali dan kaum awaliyin
6)     Kenapa kaum mawali dan kaum awaliyin  membantu gerakan anti Umayyah
7)     apa penyebab Abu Ja’far bin mansur membunuh Abu Muslim al-Khurasani
8)     Pada periode keberapakah dinasti Abbasiah mengalami masa keemasan, jelaskan
9)     Apa arti dari As-Saffah, gelar yang diberikan kepada Abu Abbas As-Safah
10) Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dinasti Buwaihi
11)  Sebutkan nama-nama tokoh yang berjasa dalam mendirikan dinasti Abbasia

12) Siapakan nama dari keturunan Muawiyyah yang berhasil lari ke spanyol

Senin, 07 September 2015

Permulaan Dakwah Nabi Muhammad SAW



Langkah Awal Dakwah Nabi Muhammad SAW

Nabi muhammad Saw. adalah salah seorang warga Bani Hasyim, Suatu kabilah yang ada di suku Quraisy. ia lahir pada ttanggal 12 Rabiul awal tahun Gajah bertepatan dengan tanggal 20 Agustus 570 M dan di besarkan dalam keluarga yang baik-baik hingga menjelang dewasa. pendidikan yang di beri keluarga dan para pengasuh nya membekas di dalam dirinya, sehingga ia menjadi orang yang mendapatkan julukan Al-Amiin, Artinya terpercaya.
mejelang usianya yang ke 40, di sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kehidupan masyarakat, bersemedi atau bertahanus di Gua Hira. Gua Hira merupakan sebuah tempat yang terletak beberapa kilometer dari kota Mekkah. di tempat itu Nabi Muhammad Saw. berusaha menenagkan jiwanya hingga berlama-lama denga cara bertafakur. pada tanggal 17 Ramadan tahun 611 M, malaikat jibril datang ke hadapanya untuk menyampaikan wahyu yang pertama. Yakni Q.S. Al-A’laq 1-5

"Bacalah (olehmu) dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah . Bacalah dan nama Tuhanmu yang Maha mulia. dia telah mengajar dengan perantaraan pena. di telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui"

Namun Muhammad Saw. tidak mampu melakukan nya. Beliau Menjawab , "Saya tidak bisa membaca." Perintah itu berkali-kali di lakukan, Hingga jibril membaca 5 ayat dari surah Al-Alaq, dan akhirnya Nabi Muhammad Saw. mampu membaca wahyu pertama itu dengan baik.
Dengan turunya wahyu pertama itu, berarti Nabi Muhammad Saw telah di pilih Allah untuk menjadi nnabi dan rasul. dalam wahu pertama ini Nabi Muhammad Saw. belum mendapat perintah untuk melakukan dakwah islamiyah kepada umat manusia.
Setelah wahyu pertama itu datang, malaikat jibril lama tidak muncul. sementara Nabi Muhammad Saw. dengan harap-harap cemas menanti turunya wahyu di tempat yang sama. Dalam keadaan bingung itulah kemudian malaikat jibril datang kembali membawa wahyu ke dua yang membawa perintah untuk berdakwah. Wahyu itu adalah Surah Al-Muddatsir: 1-7
"Hai orang yang berselimut Bangun dan berilah peringatan. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan perbuatan dosa, dan jangan engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.

Dengan turunnya wahyu ke dua itu, mulailah Rasulullah melakukan dakwah. langkah pertama yang di lakukan adalah berdakwah secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Oleh karna itu, orang yang pertama menerima dakwahnya adalah keluarga dan para sahabat dekatnya. mulai-mulai istrinya, Siti khadijah menerima ajakan tersebut. lalu sepupunya, Ali Bin Abi Talib. kemudian, Abu Bakar, Sahabat karibnya sejak kanak-kanak. Kemudian zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnyaa Ummu Aiman, seorang pengasuh Nabi Muhammad sejak ibunya, Siti Aminah masih hidup

Di antara sahabat dekat Rasul yang berasil mengajak kawan karibnya untuk menerima dakwah islam adalah Abu Bakar. Abu bakar di kenal sebagai seorang pedagang yag amat luas pergaulannya. melalui beliau banyak orang masuk islam. Di antaranya adalah Usman Bin Affan, Zubair Bin Awwam, Abdurrahman Bin 'Auf, Sa'ad Bin Abi Waqqash, Talhan Bin Ubaidillah Bin Jarrah. Arqam Bin Abi Al-Arqam, dan beberapa penduduk mekkah lainnya. dari Kabilah Quraisy mereka langsung di bawa Nabi Muhammad dan meyatakan ke islamannya. dalam sejarah islama, mereka ini di kenal dengan sebutan As-Sabiqunal Awwalun yaki orang yang pertama memeluk islam.


semoga Bermanfaat.. Amiin.

Jumat, 04 September 2015

Kerajaan - Kerajaan di Jazirah Arab Sebelum Islam

KERAJAAN-KERAJAAN JAZIRAH ARAB PADA MASA ARAB PRA ISLAM


           Pada Zaman Arab pra Islam telah muncul Kerajaan atau kepemerintahan dalam kronologi sejarahnya satu persatu terjadi permasalahan dan perebutan kekuasaan melalui beberapa politik sehingga mengakibatkan kemusnahan. Dan pada saat ini hanya tinggal sejarahnya saja, kerajaan-kerajaan tersebut antara lain adalah;
Pertama, Kepemerintahan Negeri Hijaz
Daerah Hijaz adalah kota mekkah  di bawah kepemerintahan Nabi Ismail a.s. dari keturunan Bana Qathan (Raja Himyariah) dan Nabi Isma’il sebab perkawinannya. Ismail a.s. di karuniai 12 sepasang putra (setengah riwayat), negeri hijaz mempunyai inovasi struktur sosial yang baik antara lain;
Satu.  Struktur kepemerintahan negeri hijaz
  •   Urusan pemerintahan dipegang oleh keturunan bani jurhum (pihak isrtrinya)
  •   Urusan Agama( haji, memlihara ka’bah) dipegang oleh keturunan Nabi Isma’il as

Dan juga didalamnya terdapat beberapa organisasi dalam kepengurusannya antara lain adalah Majlis Siqayah, Rifada, Nadwah, Hijabah, Qajodah, Dan Liwa’
Keadaan Sosial Ekonomi
Dalam perekonomiannya adalah berdagang dan berternak yang hal ini dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW,kota mekah pada waktu itu juga menjadi sentral perdagangan di seluruh Jazirah Arab. Dan dari keturunan Abdul Manaf (Quraisy) antara lain yaitu;
Hasyim                        : berdagang ke daerah Syam
Abdul Syam                : berdagang ke daerah Habsyi
Abdul Muthallib          : berdagang ke daerah Yaman
Naufal                         : berdagang ke daerah Persia
 Seni Budaya
Dalam beberapa Kebudayaan yang terkenal antara lain adalah:
a.       Pengetahuan dalam menggunakan senjata.
b.      Kemahiran dalam memacu kuda.
c.      Kefasihan berbicara yang dapat menyatakan sesuatu dengan mudah untuk dimengerti, dan indah bunyinya baik berupa prosa maupun Sya’ir.

Selain itu masyarakat negeri hijaz juga menguasai dalam ilmu pengetahuan seperti Astronomi (ilmu perbintangan), Ilmu Arsitektur, Ilmu Sejarah dan Ilmu Ramalan Cuaca/Iklim dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu kepemerintahan ini mengalami perubahan yang mengakibatkan negeri ini jadi tempat acuan orang-orang Muslim berhaji, dengan turunnya Agama Islam di negeri ini. (M Noor Matdawam,1989. Hal.43)

Kedua, Kerajaan Ma’iniyah
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-8 S.M. Nama kerajaan ini dihubungkan dengan Mina, suatu tempat di dekat kota Mekah. Raja pertamanya ialah Abu Yada. Pada masa jayanya, kerajaan ini berhasil melakukan ekspansi di daerah kekuasaannya sampai ke tepi Laut Tengah, Teluk Persi dan Samudera India. Pada masa ini pula, dunia perdagangan mengalami kemajuan yang pesat. Rute perdagangan melalui Arab Tengah sampai ke dataran tinggi Hijaz. (Nouruzzaman Shiddiqie,1981. Hal.125)
Ketiga, Kerajaan Saba’iyah
Kerajaan ini terletak di Negeri Saba’ berdiri pada tahun 950 S.M. atau sekarang dikenal dengan negara yaman yang dipimpin oleh Ratu Bulqis dan ada pada masa kenabian Sulaiman a.s. yang telah diceritakan dalam Al-Qur’an Surat Saba’:34 dan An-Naml: 27. Kerajaan ini merupakan pimpinan pertama yang membawa kemajuan bagi daerah Yaman. Ibu kota kerajaannya ialah Ma’rib, yang terletak kira-kira 3900 kaki di atas permukaan laut. Tidak jauh dari kota ini didirikan bendungan yang dikenal dengan Bendungan Ma’rib (Saddul-Ma’rib). Para sarjana yang menyelidiki teknik bendungan ini mengakui ketinggian mutu dan nilai arsitekturnya. Bendungan ini berfungsi sebagai penampung air yang pada musim kemarau, air itu di distribusikan ke daerah pertanian. Bendungan yang dibangun pada abad kedua Sebelum Masehi ini, membawa kemakmuran bagi daerah Yaman. Rusaknya bendungan ini mengakibatkan malapetaka bagi daerah ini dikarenakan inkar terhadap perintah Allah Swt sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an yang artinya sebagai berikut;
Tetapi mereka berpaling (kafir), Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar[1] (QS.Saba’,34:16)
[1] Maksudnya: banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan Ma'rib.(Nouruzzaman Shiddiqie,1981. Hal.123)

Keempat, Kerajaan Himyariyah
Kerajaan Himyariyah didirikan pada tahun 115 SM-533 M. terletak di negara yaman ibu kotanya bernama san’a, rajanya bernama Qathan bin ‘Abar dan Pada hakikatnya kerajaan ini merupakan penerus dari kerajaan Saba’iyah. Para penguasanya lebih mementingkan peperangan dan ekspansi wilayah dari pada membangun ekonomi. Oleh karena itu, mereka selalu melakukan penaklukan atau ekspansi ke daerah Persia, Habsyi (Ethiopia) dan daerah-daerah lainnya. Salah seorang rajanya yang termasyhur adalah Syammar Yar Usy, yang berhasil menaklukkan Samarkand. Raja terakhirnya bernama Dzu Jadan al-Himyari, yang pada masa kekuasaannya Agama Nasrani dan Agama Yahudi mengalami perkembangan. Ia dikalahkan oleh Aryath, juga salah seorang Panglima Najasyi dari Habsyi, dan mulai saat itulah Yaman menjadi daerah kekuasaan Habsyi.


Kelima, Kerajaan Manazirah (Hirah)
Kerajaan ini berdiri berdiri pada tahun 268 M.-632 M (Abad ke 3 M.)  terletak di negara yaman pindah ke Mesopotamia karena runtuhnya Saddu Ma’rib, Kerajaan ini juga berdiri sampai lahirnya agama Islam dan berjasa pada kebudayaan Islam karena mengadakan perjalanan ke seluruh jazirah arab terutama dalam berniaga, pada masa itu juga menyiarkan kepandaiannya di bidang menulis dan di bidang membaca dengan kala itu masyarakat beranggapan bahwa mereka dapat dianggap sebagai penyair ilmu pengetahuan di jazirah arab  di antara raja-rajanya yang terkenal antara lain adalah Umru Ul Qois, Nu’man ibnu Umru Ul Qois (yang melahirkan istana khawarnaq dan Sadir dipermulaan abad kelima masehi), Mundzir Ibnu Ma’is Sama’, Amir ibnu Hind dan Mundzir Ibnu Nu’man ibnul Mundzir. Dan rajanya yang terakhir adalah Mundzir Ibnu Nu’man ibnul Mundzir pada masa pemerintahnnya Raja Khalid ibnul Walid memerangi Negeri Hirah yang akhirnya negeri Hirah menyerahkan dan bergabung dengan pemerintahan Islam. (Syalabi A. 1987, Hal.41)
Keenam, Kerajaan Ghasasinah (Ghassan)
Kerajaan ini berdiri pada tahun 220 M.- 630 M. berdiri di bagian selatan negeri Syam dan sekarang adalah negara Syria dan didirikan oleh bangsa Arab yang berasal dari Yaman, yang berpindah ke tempat itu disebabkan runtuhnya bendungan air atau di sebut Saddu Ma’rib yang ada pada Kerajaan Saba’iyah. kerajaan ini sangat mempunyai Hubungan yang kuat dengan kerajaan Romawi Timur sama seperti halnya dengan eratnya hubungan antara Kerajaan Manazirah dengan Kerajaan Persia.(Nouruzzaman Shiddiqie,1981. Hal.142)

Ketujuh, Kerajaan Kindah
Kerajaan ini berdiri pada tahun 570 M.- 275 M. Yang letaknya di daerah yaman, Kerajaan ini juga merupakan pecahan dari Kerajaan Saba’iyah, kerajaan kecil ini berdiri di Najed yang didirikan oleh bangsa Arab dari Yaman yang akhirnya pindah, perpindahan mereka disebabkan runtuhnya bendungan air atau Saddu Ma’rib dan kerajaan ini runtuh sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW.



Kedelapan, Kerajaan Qathabah dan Hadramaut
            Kerajaan Qhatabah berdiri 400 s/d 50 S.M. yang terletak di kota Tamna’ sekarang dikenal dengan kuhlan, sedangkan Kerajaan Hadramaut  di jantung kota Syabwah (Klassik Sabota). Kerajaan ini (Kerajaan Hadramaut) berlangsung sejak abad kelima sebelum Masehi s/d akhir abad pertama Masehi.
            Kerajaan Qhataban maupun Kerajaan Hadramaut pernah suatu waktu berada di bawah kekuasaan Kerajaan saba’iyah dan Kerajaan Minaiyah. (Nouruzzaman Shiddiqie,1981. Hal.125)


  

Analisis 

        Dari beberapa kerajaan-kerajaan jazirah Arab tersebut bahwasanya dari kerajaan tersebut telah mengalami proses kepemerintahan yang signifikansinya cukup baik untuk kita contohkan seperti yang ada pada Kepemerintahan Negeri Hijaz. Kerajaan-kerajaan tersebut tidak hanya dipandang dari sisi kejahiliaannya saja akan tetapi dapat kita pandang dalam intelektualisasinya layaknya seperti sekarang ini. Mereka juga mampu merenovasi keadaan Kerajaan atau kepemerintahan yang baik dari struktur dan infrastruktur. Yang akhirnya salah satu dari kerajaan tersebut terkenal dengan bendungan airnya akibat dari kepemerintahan yang  terstruktur baik, juga ada kerajaan lainnya yang dapat kita contohkan seperti dalam kepintaran dalam berdagang yang baik, hafalannya kuat, mampu bersya’ir, ahli di bidang Arsitektur, mengatur strategi perang yang baik dan masih banyak kelebihan yang patut kita contohkan. Sehingga kalau kita cocokkan dengan zaman sekarang dibidang intelektualnya akan memberikan nilai positif terhadap diri kita sendiri dan apabila di korelasikan lagi dengan pemahaman keagamaan, kita dapat memberikan kebaikan pada diri sendiri maupun pada diri orang lain.
Dalam kehidupan orang-orang terdahulu banyak kalangan yang menganut sistem kepemerintahan yang bersiafat monarki non demokrasi yang akhirnya dapat memberikan contoh dalam bentuk konstruk kepemerintahan yang baik untuk sekarang ini, dari beberapa kerajaan-kerajaan tersebut mencontohkan bahwasanya manusia terdahulu mempunyai prinsip yang bagus dari segi sosisalitas sehingga terbentuklah kerajaan atau kepemerintahan untuk kepentingan sendiri dan orang lain meskipun pada akhirnya juga mengalami keruntuhan yang salah satu sebabnya tidak mengikuti ajaran Nabinya terdahulu dan adanya perebutan kekuasaan. Jadi kerajaan-kerajan tersebut memang pernah ada sebelum Islam turun di jazirah Arab yang dampaknya dapat memberikan pengaruh positif dalam pembelajaran meskipun mayoritas kerajaan-kerajaan tersebut buta akan keagamaan yang Nabi-nabi terdahulu pernah mengajarkannya.



Daftar Pustaka
Syalabi A. ,1987,Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 1,Jakarta Pusat:Pustaka Alhusna
Matdawam M. Nor,1989, Lintasan Sejarah Kebudayaan Islam,Yogyakarta : Yayasan Bina Karir.
Shiddiqie Nouruzzaman,1981,Pengantar Sejarah Muslim, Yogyakarta : NUR CAHAYA





DAFTAR PUSTAKA

Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta : Logos 1997.
Ridha, Muhammad, Tarikh al-Insaniyah wa Abtaluha, Terjemah, Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1987.
Al-Mubarakfury, Syaikh Syaifu-rrohman, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Pustaka Kautsar, 2007.
TIM Kalimasada, Kearifan Syariat, Surabaya: Khalista, 2009.
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Jakarta: Tintamas Indonesia, 1992.
Tim Sejarah 2010 Madrasah Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo, Lentera Kegelapan, Kediri: Pustaka Gerbang Lama, 2010. 
Dewan Redaksi, Syaamil Al-Qur’an Miracle The Reference, Bandung: Sigma Publisher, 2011. 
Dewan Redaksi, Insklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.
Al-Hadad, Habib Alwi Bin Thahir, Madkhal Ila Tarikh Fi Al-Syarq Al-Aqsha, (terjemah: Sejarah Masuknya Islam Ditimur Jauh, penerjemah ali yahya), Jakarta: lentera, 2001.
Al-Habib, Muhammad Lutfi Bin Yahya, Secercah Tinta, Pekalongan: Menara Publisher,  2012.  
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010.
Al-Buty, Fikih Sirah, Jakarta Selatan: Hikmah, 2009.
Soebahar, Erfan, Aktualisasi Hadis Nabi Di Era Teknologi Informasi, Semarang: RaSAIL Media Group, 2010. 

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2007.

Kondisi Sosial Ekonomi dan Politik Penduduk Makkah Sebelum Islam

SOSIAL EKONOMI DAN POLITIK BANGSA ARAB

A.  PENDAHULUAN
Patut disadari, tujuan mempelajari dan mendalami sirah Nabi saw, bukanlah sebatas untuk mengetahui serangkaian peristiwa sejarah belaka. Bukanlah pula sekadar untuk memmetik hal-hal positif yang terkandung didalam berbagai kisah tentang kejadian penting. Oleh karena itu, kita tak boleh sekali-kali menyejajajrkan studi sirah nabi dengan sejarah pada umumnya. Terlebih jika menyikkapinya seperti ketika kita mempelajari riwayat hidup seorang khalifah atau suatau babak tertentu dalam sejarah  panjang umat manusia. Alih-alih tujuan dari studi sirah nabi yang agung adalah agar setiap muslim dapat melihat potret agama iIslam paling jelas yang terkait dengan hidup rasulullah saw, tetntu setelah mereka memahami sepenuhnya akan setiap prinsip dann kaidah yang dapat diterima nalar.
Apalagi untuk mengetahui dan memahami makna eksternal dan makna internal secara menyeluruh tentang hadits Nabi Muhammad saw maka, tidak akan lepas dari tinjauan sejarah. Baik sejarah turunnya hadits (asbabul wurud)terlebih lagi sejarah tentang konstruk kehidupan sosial, ekonomi dan politik bangsa dimana Nabi Muhammad Saw hidup berdampingan dengan umatnya. Hal ini supaya kita tidak kaku dalam mengaplikasikan hadits dizaman ini. Tentunya jika diaplikasikan di Indonesia yang letak geografis dan kondisi alamnya sangat berbeda jauh dengan Jazirah Arab.
Seperti halnya pemahaman dan pengetahuan kita tentang Al-Qur’an. Kita tidak bisa hanya berpegang kepada tafsir saja tanpa melakukan studi sejarah turunnya ayat itu (asbab an-nuzul) dan hanya berbekal kepada teori-teori tafsir yang telah dibukukan oleh para ulama’ yang notabenenya juga tidak berada dalam geografis dan kondisi alam yang sama dengan negara kita.
Hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan keber-agamaan dan keberagaman identitas sosial, budaya, bahasa, politik dan pendidikan di Indonesia. Agar supaya tidak muncul konflik keagamaan yang berkepanjangan di akibatkan kesalahfahaman dalam memahami dan mengaplikasikan hadits Nabi Muhammad Saw.  
Dengan demikian maka, kehidupan muslim Indonesia diharapakan menjadi contoh bagi umat Islam dunia, dalam menciptakan agama yang demokratis, dinamis, sehingga terbentuk negara yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofur sebab Islam hadir sebagai agama yang rohmatan lil-alamin[1] bukan rohmatan lilmuslimin.
Makalah ini mencoba untuk mengupas sedikit tentang sejarah Arab dalam hubungannya dengan kehidupan politik dan ekonomi bangsa arab sebelum dan ketika Nabi Muhammad Saw diutus menjadi Rasul. Sekaligus riwayat penulisan Hadis dimasa Rasul Saw.

B.  PEMBAHASAN
a)   Ekonomi Masyarakat Arab Sebelum Nabi Diutus Menjadi Rasul
Ditinjau dari tempat tinggalnya, orang Arab terbagi dalam dua wilayah, yaitu Arab badui (kampung) danhadhari (perkotaan).[2] Dari sini, nampaklah perbedaan sumber penghidupan di antara mereka. Orang Arab badui menggantungkan sumber kehidupannya dari beternak. Mereka berpindah-pindah menggirim ternak menuju daerah yang sedang mengalami musim hujan atau ke padang rumput.[3] Mereka mengonsumsi daging dan susu hasil ternaknya, membuat pakaian, kemah, dan perabot dari wol (bulu domba) serta menjualnya jika keperluan pribadi dan keluarganya sudah terpenuhi. Kekayaan mereka terlihat dari banyaknya hewan ternak yang dimiliki.[4]
Adapun orang Arab perkotaan, terbagi menjadi dua. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah subur seperti Yaman, Thaif, Madinah, Najd, Khaibar atau yang lainnya, mereka menggantungkan sumber kehidupan pada pertanian. Meski begitu mayoritas mereka menggantungkan sumber kehidupannya pada perniagaan. Terutama penduduk Mekah, mereka memiliki pusat perniagaan istimewa. Penduduk Mekah memiliki kedudukan tersendiri dalam pandangan orang-orang Arab, yaitu mereka penduduk negeri Haram (Mekah). Orang-orang Arab lain tidak akan mengganggu mereka, juga tidak akan mengganggu perniagaan mereka.[5] Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan hal itu kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?” (QS. Al-Ankabut: 67)

Selain penduduk Mekah, penduduk Yaman juga terkenal dengan perniagaan. Mereka menjadikan perniagaan sebagai primadona dalam mencari rezeki.[6] Kegiatan bisnis mereka tidak sebatas di darat, tetapi juga merambah melintasi laut. Mereka berangkat ke daerah pesisir Afrika, seperti Habasyah, Sudan, Somalia, dan negeri Afrika lainnya. Menyeberang sampai ke Hindia dan Pulau Jawa, Sumatera, dan negeri Asia lainnya.[7] Setelah mereka memeluk Islam, orang-orang ini memiliki peran yang sangat berarti dalam penyebaran agama Islam di penjuru dunia.
Transportasi yang mereka andalkan pada saat itu ialah Onta, yang dianggap sebagai perahu padang pasir. Onta merupakan kendaraan yang menakjubkan. Onta memiliki kekuatan yang tangguh, mampu menahan haus dan mampu menempuh perjalanan yang sangat jauh. Onta-onta ini pergi membawa barang dagangan dari negeri lainnya, dan kemudian kembali membawa produk negeri tempat berniaga.
Aktivitas perdagangan ini juga dilakukan oleh kalangan bangsawan seperti: Hasyim, Abu Thalib, Abu Lahab, Abbas, Abu Sufyan bin Harb, Abu Bakar, Zubair bin Awwam, dan lainnya. Di antara mereka ada yang menjaul barang dagangan milik sendiri dan ada juga yang menjualkan barang milik orang lainnya dengan mendapatkan upah atau dengan cara bagi hasil. Begitu pula dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebelum diangkat sebagai rasul, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjualkan barang milik Khadijah.[8]
Selain berdagang, ada juga masyarakat perkotaan yang menjadikan ternak gembalaan sebagai sumber penghidupan, baik itu ternaknya sendiri ataupun bukan. Saat masih kecil, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenggembala kambing, begitu juga Umar bin Khaththab, Ibnu Mas’ud dan lain sebagainya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan perjalanan dagang yang dilakukan orang-orang Quraisy, sebagai perjalanan dagang yang sangat terkenal, yaitu perjalanan musim dingin menuju Yaman, dan sebaliknya perjalanan dagang musim panas ke Syam. Allah Swt berfirman:
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Rabb pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraisy: 1-4)[9]

Konsekuensi dari arus perdagangan ini, maka orang-orang Arab zaman jahiliyah memiliki pasar-pasar sebagai pusat perdagangan. Pusat perdagangan yang terkenal, yaitu: Ukazh, Mijannah, dan Zul Majaz. Di antara tiga pasar ini, yang paling besar dan paling banyak pengunjungnya ialah Ukazh. Pasar ini dikunjungi orang-orang Arab dari berbagai daerah di seluruh Arab. Pengunjung terbanyak berasal dari Qabilah (suku) Mudhar, karena memang pasar ini terletak di daerah mereka.[10]
Pusat perdagangan ini bukan hanya sebagai tempat transaksi perdagangan, tetapi juga menjadi pusat pertemuan para pakar sastra, syair, dan para orator. Mereka berkumpul untuk saling menguji. Sehingga, sebagaimana pertumbuhan kota-kota modern saat ini, maka konsep pasar pada masa jahiliyah tersebut tidak sekedar sebagai pusat perbelanjaan, tetapi juga menjadi pusat peradaban, kekayaan bahasa dan transaksi-transaksi global.[11]
Karena pusat perdagangan ini semuanya terletak di wilayah Mekah dan sekitarnya, maka ini berarti kesempatan bagi orang-orang Quraisy mengolaborasi bahasa mereka dengan bahasa Arab dari kabilah-kabilah lainnya. Peran bangsa Arab semakin penting dalam percaturan ekonomi, setelah Nabi Muhammad Saw mengembangkan agama Islam sebab, memang kota Mekkah dan sekitarnya adalah jalur perdagangan.[12]
b)   Ekonomi Masyarakat Arab Sesudah Nabi Diutus Menjadi Rasul
Kondisi perekonomian masyarakat Arab khususnya di kota Makkah setelah Muhammad saw diangkat menjadi Rasul sebenarnya tidak ada perubahan yang signifikan. Mereka tetap melakukan praktik-praktik ribawi dan kecurangan-kecurangan yang lain.
Namun yang patut diteropong adalah perekonomian masyarakat muslim dimasa Nabi diutus menjadi Rasul ketika masih berada di Mekkah, ternyata mendapatkan hambatan yang luar biasa. Ketika umat Islam oleh kaum Quraisy di boikot habis-habisan dalam sisi ekonomi ditambah lagi dengan munculnya perjanjian Hudaibiyah yang memojokkan umat Islam.[13] Tapi meskipun isi perjanjian banyak yang merugikan Nabi Muhammad saw tetap menerima dengan lapang dada. Lalu beliau hijrah ke Madinah maka, disinilah perekonomian umat Islam mulai berubah sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.[14] Sehingga, selain Madinah merupakan tempat perekonomian yang startegis terlebih lagi dihapuskannya praktik-praktik ribawi maka perekonomian masyarakat Madinah menjadi lebih mapan.[15]
Begitulah gambaran sepintas kondisi perekonomian orang-orang Arab Jahiliyah dan perkembangannya sebelum dan ketika Islam datang menjadi agama mereka, pasar-pasar ini masih berjalan beberapa saat, yang kemudian ditinggalkan. Begitu juga Islam datang menghapuskan transaksi riba, karena riba hanya merusak tatanan perekonomian masyarakat.
c)    Peta Politik Masa Sebelum Nabi diutus menjadi Rasul Saw    
Para penguasa jazirah tatakala terbitnya matahari Islam, bisa dibagi menjadi dua bagian:
a.       Raja-raja yang mempunyai mahkota, tetapi pada hakikatnya mereka tidak bisa merdeka dan berdiri sendiri.  
b.      Para pemimpin dan pemuka kabilah atau suku, yang memiliki kekuasaan dan hak-hak istimewa seperti kekuasaan para raja. Mayoritas di anatar mereka memiliki kebebasan tersendiri. Bahkan boleh jadi sebagian diantara mereka subkordinasi layaknya seorang raja yang mengenakan mahkota.[16]
Pada masyarakat Arab pra Islam sudah banyak ditemukan tata cara pengaturan dalam aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada beberapa sistem-sistem yang ada di masyarakat, salah satunya adalah sistem politik“balas dendam”.[17]  
Sebelum kelahiran Islam, ada tiga kekuatan politik besar yang perlu dicatat dalam hubungannya dengan Arab; yaitu kekaisaran Nasrani Byzantium, kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan.[18] Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap turut mempengaruhi kondisi politik jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua adi kuasa saat itu, yaitu kekaisaran Byzantium dan Persia serta persaingan antara yahudi, beragam sekte dalam agama Nasrani dan para pengikut Zoroaster.[19]
Pada masa sebelum Islam yang diajarkan disebar luaskan ke bangsa Arab oleh Rasulullah Saw, orang arab sering kali terjadi peperangan antar suku di antaranya dikenal dengan perang Fujjar karena terjadi beberapa kali antar suku, yang pertama perang antara suku Kinanah dan Hawazan, kemuadian Quraisy dan Hawazan serta Kinanah dan Hawazan lagi. Dan peperangan ini terjadi 15 tahun sebelum Rasul diutus.[20]
Dalam masyarakat Arab terdapat organisasi klan (kabilah) sebagai intinya dan anggota dari satu klan merupakan geneologi (pertalian darah). Pemerintah di kalangan bangsa Arab sebelum Islam, menurut para ahli sejarah dimulai oleh golongan Arab Ba'idah.[21] Pada periode pertama dikenal ada kerajaan Aad di daerah Ahkaf al Romel yang terletak antara Oman dan Yaman, kaum Aad juga pernah mendirikan kerajaan antara Makkah dan Yastrib. Kemudian juga dikenal kerajaan dari kaum Tsamud mendiami daerah hijir dan wadi al-Kurro, antara Hijaz dan Syiria. Kemudian dikenal juga kerajaan dari kaum Amaliqah di Arab Timur, Oman Hijaz mereka juga ke Mesir dan Syiria. Pada periode Kedua yaitu pada masa Arab Aribah atau Bani Qhathan yang terkenal dengan kerajaan Madiniyah, kerajaan Sabaiyah dan kerajaan Himyariah.[22]
Bagian dari daerah Arab yang sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa lain adalah Hijaz. Kota terpenting di daerah ini adalah Mekkah, kota suci tempat ka'bah. Ka'bah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut bangsa asli Makkah, tetapi juga orang-orang Yahudi yang bermukim di sekitarnya.[23]
Untuk mengamankan para peziarah yang datang ke kota Makkah diadakan pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa yaitu suku Jurhum dan Ismail sebagai pemegang kekuasaan ka'bah. Kekuasaan politik kemudian berpindah ke suku Khuza'ah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah pimpinanQushai. Suku Quraisy ini kemudian yang memegang dan mengatur politik dan juga urusan urusan yang berkenaan dengan ka'abah. Ada sepuluh (10) jabatan tinggi yang dibagikan kepada kabilah dari suku Quraisy yaitu : Hijabah(penjara kunci ka’bah), Siqayah (penjara air mata Zam zam), Diyat (Kekuasaan hakim sipil dan criminal), Sifarah(kuasa usaha Negara atau duta), Liwa (jabatan ketentaraan), Rifadah (pengurus pajak bagi fakir miskin), Nadwah(jabatan ketua dewan), Khaimman (pengurus balai musyawarah), Khazinah (jabatan administrasi keuangan), Azlim(penjaga panah peramal) untuk mengetahui pendapat para dewa-dewa.[24]
d)   Peta Politik Masa Nabi Saw Menjadi Rasul
Alangkah besarnya perkembangan yang terjadi di negeri-negeri arab selama lima belas tahun setelah pembebasan kota Mekkah.[25] Meskipun pada awal Nabi masih di Mekkah dalam kancah politik dan ekonomi umat Islam di boikot oleh kaum Quraisy.[26]  Hijrah Rasullullah Saw, menjadi tanda berdirinya Dar Al-Islampertama dimuka bumi. Disamping itu, hijrah juga menjadi maklumat bagi umat manusia bahwa daulah Islamiyah telah berdiri dibawah kepemimpinan langsung baginda Rasulullah Saw. 
Oleh sebab itulah tindakan pertama yang dilakukan Rasulullah Saw. adalah meletakkan dasar-dasar paling utama bagi negara baru ini. Dasar-dasar tersebut lalu mengejawantah dalam tiga tindakan utama yang diambil Rasulullah Saw sebagai berikut:
 Pertama, Pembangunan Masjid.[27] Tidak mengherankan, karena pendirian masjid merupakan tindakan terpenting dalam proses pembangunan masyarakat Islam . sebab maysrakat Islam yang kuat harus berpegang pada aturan akidah dan prinsip-prinsip moral Islam, yang kesemua itu berhulu pada potensi spiritual masjid.
 Kedua, mengikat tali persaudaraan antarmuslim, khususnya antara Muhajirin dan Anshar.[28] Negara manapun yang ada di muka bumi tidak mungkin akan berdiri tegak kecuali di atas persatuan dan kesatuan warganya.  Persatuan dan kesatuan itu tidakk akan terwujud jika tidak ada ikatan talu persaudaraan dan rasa kasih saying yng sangat kuat.
Rasulullah Saw, menjadikan nilai persaudaraan yang beliau sematkan dikalangan muhajirin dan anshar sebagai landasan bagi penerapan prinsip-prinsip keadilan sosial, untuk diterapkan dalam sebuah masyarakat yang diakui sebagai salah satu masyarakat yang paling teratur yang pernah ada dimuka bumi.
Ketiga, menyusun undang-undang dasar yang mengatur kehidupan umat Islam, sekaligus mempertegas hubungan mereka dengan non Muslim, khususnya dengan kelompok Yahudi.[29] Piagam madinah mengandung beberapa poin penting yang berhubungan dengan berbagai hukum dan aturan bagi sebuah masyarakat Islam, berikut ringkasannya:
1.    Tampaknya, satu-satunya istilah modern yang paling dekat untuk mendefinisikan piagam madinah adalah undang-undang (dustur). Sebab, piagam madinah menyerupai undang. Isi piagam ini mencakup hampir semua elemen yang biasanya terkandung didalam undang-undang modern.
2.    Piagam Madinah mencerminkan keadilan dan di representasikan sikap rasulullah saw terhadap kaum yahudi. Sebenarnya piagam madinah dapat membuahkan hasil yang manis bagi kedua pihak, muslimin dan yahudi, andaikata kaum yahudi berhenti melakukan kebiasaan lamanya berbuat makar, konspirasi, dan tipu muslihat.
3.    Piagam Madinah menunjukkan beberapa aspek hukum yang terdapat didalam ajaran Islam antara lain: Pertama; klausul pertama Piagam Madinah[30] membutikan bahwa Islam adalah satu-satunya “alat” yang dapat menyatukan umat Islam. Kedua, klausul kedua dan ketiga[31] menunjukkan bahwa salah satu faktor terpenting dalam terbentuknya masyarakat Islam adalah penanaman makna persatuan dan gotong royong dengan sebaik-baiknya. Ketiga, klausul ketujuh Piagam Madinah[32] menunjukkan arti sesungguhnya dari prinsip kesetaraan antar sesama muslim. Keempat, klausul kedua belas piagam madinah[33] menunjukka kepada kita bahwa hukum yang adil merupakan satu-satunya jalan bagi umat Islam untuk menyelesaikan pertikaian, perselisihan dan berbagai perkara yang terjadi diantara mereka.
e)    Penulisan Hadis Ketika Nabi Muhammad di Utus Menjadi Rasul Saw
Setidaknya ada dua aliran dalam menyoroti kodifikasi hadis, yaitu: (1) mereka yang meyakini kodifikasi hadis sebagai produk abad kedua hijriyah yang prosesnya baru dimulai sejak Al-Zuhri melaksanakan tugas berdasarkan surat perintah khalifah Umar Ibn’ Abdul Aziz; dan (2) mereka yang memandang bahwa kodifikasi hadis sudah berproses sejak masa Nabi Saw hingga hadis dibukukan dalam kitab-kitab hadis.[34]
Menurut analisa Quraish Shihab, dari kedua aliran ini yang dapat dibenarkan adalah pendapat aliran yang kedua. Terbukti ditemukannya beberapa naskah hadis seperti:
a)    Al-Shahifah Al-Shahihah (Shahifah Humam) yang berisikan hadis-hadis Abu Hurarirah yang ditulis langsung oleh muuridnya Humam Bin Munabbih. Naskah ini ditemukan oleh Prof. Dr. Hamidullah dalam bentuk manuskrip, masing-masing di Berlin (Jerman) dan Damaskus (Syiria).
b)   Al-Shahifah Al-Shadiqah, yang ditulis langsung  oleh sahabat ‘abdullah bin ‘ash---seorang sahabat yang oleh Abu Hurairah, dinilai banyak mengetahui hadis---sahabat yang mendapat izin langsung untuk menulis apa saja yang didengar dari Rasul, baik saat Nabi ridha maupun marah.
c)    Shahifah Sumarah Ibn Jundub, yang beredar dikalangn ulama yang—oleh Ibn Sirin—dinilai banyak mengandung ilmu pengetahuan. 
d)   Shahifah Jabir Bin ‘Abdullah, seorang sahabat yang, antara lain mencatat masalah-masalah ibadah haji dan khutbah Rasul yang disampaikan pada Haji Wada’, dan lain-lain.
Dari naskah-naskah ini terbukti bahwa kodifikasi hadis Nabi Muhammad Saw, telah ditulis atas prakarsa para Sahabat dan Tabi’in jauh sebelum penulisannya yang secara resmi diperintahkan oleh Umar Bni Abdul Aziz.[35]
Rupanya Syekh Al-A’zhami juga mendukung pandangan kedua ini,  dan berhasil menemukan daftar jumlah sahabat yang menulis naskah-naskah hadis dan bahkan berhasil meneliti hadis dan sekaligus sejarah kodifikasinya. Secara abjadi, nama-nama itu dimulai dari Aban Bin Sa’id Bin Al-Ash hingga Yazid Bin Abi Sufyan, yang berjumlah 61 orang pebulis. Bahkan dalam disertasinya, kelengkapan nama-nama mereka yang punya catatan naskah hadis itu tidak kurang dari 450 orang.[36]
 C.  KESIMPULAN  
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa aktitivitas ekonomi bangsa Arab pra-Islam telah menjadi pusat dunia atau sebagai World Trade Center, baik di bagian selatan jazirah Arab (Yaman) yang dikelola oleh kerajaan Saba’ dan pemerintah Himyar dengan sektor pertanian yang dominan karena memiliki tanah yang subur dan didukung dengan adanya bendungan raksasa Maarib, maupun di bagian utara Arab, Hijaz (Makkah) yang dipengaruhi oleh pihak luar seperti Persia dan Romawi, dengan sektor perdagangan yang terunggul, karena memang wilayahnya tandus dan gersang, tapi letak geografisnya strategis sebagai tempat persinggahan para kafilah.
Adapun karakteristik perekonomian masa Rasulullah adalah sosialis-religius yang menekankan partisipasi kerja kooperatif yang diberlakukan  bagi kaum Muhajirin dan Anshar yang menyebabkan meningkatnya distribusi pendapatan dan kesejahteraan. Dari sinilah terlihat konsep demokrasi ekonomi Rasulullah yang tidak harus diartikan sebagai berlakunya prinsip equal treatment (perlakuan sama), karena menurut Rasulullah orang yang tidak berpunya perlu memperoleh pemihakan dan bantuan yang berbeda (partial treatment). Pada prinsipnya Rasulullah sangat mengutamakan tercapainya kesejahteraan bersama.
Kondisi Politik bangsa Arab sebelum Islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-sendiri. Satu sama lain acap kali saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional, asas eksistensi politiknya adalah Kesatuan Fanatisme. Persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin mereka memakai sistem keturunan paman.
Ketika Nabi Muhammad telah diangkat menjadi Rasul, maka peta perpolitikan, sedikit demi sedikit berubah hingga pada akhirnya Islam meneumkan titik baru perpolitikan di tatkala Nabi Muhammad Saw berada di Yathrib. Beliau melakukan politik kesepakatan dengan orang-orang Yahudi dan perjanjian ini dikenal dengan sebutan Piagam Madinah. Piagam madinah ini merupakan kontribusi besar dalam sejarah kemanusiaan, yang selalu menjadi kerangka acuan bagi negara muslim hingga kini.

Kodifikasi Hadis telah dilakukan sejak Masa Rasulullah Saw, bukan dimulai dari masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz pada abad ke Dua Hijriyah dengan ditemukannya bukti-bukti naskah hadis dan jumlah penulisnya sebanyak 61 sampai dengan 450 penulis.

Kepercayaan Masyarakat Mekkah Sebelum Agama Islam

Kepercayaan masyarakat Makkah sebelum agama Islam


kepercayaan masyarakat makkah sebelum Islam
Ilustrasi
Kepercayaan masyarakat Makkah sebelum agama Islam – Awalnya masyarakat Makkah adalah penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as. Kemudian dilanjutkan oleh putranya Nabi Islamil as. Perjalanan hidup Nabi Ibrahim, Siti Hawa (istrinya) dan Nabi Ismail (putranya) membuahkan sejumlah ajaran dan kebudayaan Islam yang sampai sekarang terpelihara, yaitu Ka’bah, maqam Ibrahim, dan peristiwa qurban. Bahkan proses perjalanan kehidupan keluarga ini dijalankan kembali oleh umat Islam dalam salah satu rukun haji.
Setelah Nabi Ibrahim as. wafat, masyarakat Makkah mulai pindah menyembah selain Allah. Proses perpindahan kepercayaan itu berawal dari Amir bin Lubai seorang pembesar suku Khuza’ah yang melakukan perjalanan ke Syam (Syiria). Dia melihat penduduk kota Syam melakukan ibadah dengan menyembah berhala. Dia tertarik untuk mempelajari dan mempraktikannya di Makkah. Dia membawa berhala yang diberi nama Hubal dan diletakkan di Ka’bah. Berhala Hubal menjadi pimpinan berhala yang lainnya seperti Latta, Uzza dan Manna.
Dia mengajarkan kepada masyarakat Makkah cara menyembah berhala. Sehingga masyarakat Makkah meyakini bahwa berhala adalah perantara untuk mendekatkan diri kepada tuhannya. Sejak itulah mereka mulai membuat berhala-berhala sehingga mencapai 360 berhala yang diletakkan mengelilingi Ka’bah. Dan mulailah kepercayaan baru masuk ke masyarakat Makkah dan kota Makkah menjadi pusat penyembahan berhala.
Ketika melaksanakan haji, bangsa Arab melihat berhala-berhala di sekitar Ka’bah. Mereka bertanya alasan penyembahan berhala. Para pembesar menjawab bahwa berhala-berhala tersebut merupakan perantara untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Setelah itu, mereka kembali ke daerahnya dan meniru cara ibadah masyarakat Makkah. Mulailah kepercayaan baru menyebar di seluruh Jazirah Arab.
Masa itu disebut masa jahiliyyah. Jahiliyyah bukan berarti mereka bodoh dari keilmuannya, namun mereka bodoh dari keimanan kepada Allah seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as. Masyarakat Makkah menyimpang dari ajaran Nabi Ibrahim as. Penyimpangan kepercayaan itu disebabkan olehpertama, adanya kebutuhan terhadap Tuhan yang selalu bersama mereka teruma saat masyarakat Makkah membutuhkan. Kedua, kecenderungan yang kuat mengagungkan leluhur yang telah berjasa terutama kepala kabilah nenek moyang masarakat Makkah. Ketiga, rasa takut yang kuat menghadapi kekuatan alam yang menimbulkan bencana mendorong masyarakat Makkah mencari kekuatan lain di luar Tuhan.
Di samping kepercayaan terhadap berhala, masyarakat Makkah memiliki kepercayaan lain, yaitu:
  1. Menyembah Malaikat
Sebagian masyarakat Makkah dan bangsa Arab menyembah dan menuhankan malaikaat. Bahkan sebagian beranggapan bahwa malaikat adalah putri Tuhan.
  1. Menyembah jin, ruh atau hantu
Sebagaian masyarakat Arab menyembah jin, hantu dan ruh leluhur mereka. Masyarakat Makkah mengadakan sesajen berupa kurban binatang sebagai bahan sajian agar mereka terhindar dari bahaya dan bencana.
Di saat agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. akan datang, beberapa orang sudah berusaha untuk tidak menyembah berhala lagi dan berbalik menyebarkan ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim as. Di antara mereka adalah Waraqah bin Naufa, Umayyah bin Shalt, Qus Saidah, Usman bin Khuwairis, Abdullah bin Jahsyi dan Zainal bin Ummar. Mereka adalah kelompok penentang tradisi masyarakat Makkah yang menyembah berhala. Namun mereka meninggal sebelum datangnya Islam.

Selasa, 04 November 2014

Tokoh Ilmuwan Muslim Pada Masa Dinasti Abbasiyah



Ilmuwan Muslim dan Penemuannya



Berikut merupakan Tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim beserta penemuannya :

1. Salman Al Farisi; pembuat strategi perang kanal, meriam pelontar/tank.

2. Miqdad bin Amru; pelopor pembuat pasukan kalveleri/berkuda modern pertama.

3. Al Nadim (wafat thn 990, abad ke 10); pelopor pembuat katalog/ensiklopedi kebudayaan pertama.

4. Ma’mun Ar Rasyid (thn 815, abad 9); pelopor pendiri perpustakaan umum pertama di dunia yang dikenal dengan Darul Hikmah di Baghdad.

5. Nizam Al Mulk (thn 1067); pelopor pendiri universitas modern pertama di dunia yang dikenal dengan Nizamiyyah (ditiru sistemnya oleh Oxford Univ. Inggris).

6. Al Ghazali (wafat thn 1111); pelopor pembuat klasifikasi fungsi sosial pengetahuan yang dalam perkembangannya mengarah timbulnya berbagai jenis referensi dan karya bibliografi, ahli ilmu kalam, ahli tasawuf.

7. Al Khindi (wafat thn 866); ahli/ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno.

8. Al Farabi (wafat thn 950); ahli musik dan filsafat Yunani, (salah satu karya besarnya dijiplak bebas oleh Thomas Aquinas).

9. Ibnu Sina (wafat thn 1037) dikenal oleh barat dengan nama Aveciena; ilmuwan ensiklopedi, dokter, psikolog, penulis kaidah kedokteran modern (dipakai sebagai referensi ilmu kedokteran barat), menulis buku tentang fungsi organ tubuh, meneliti penyakit TBC, Diabetes dan penyakit yang ditimbulkan oleh efek fikiran.

10. Ibnu Rusydi (wafat thn 1198) dikenal oleh barat dengan nama Averusy; ahli fisika, ahli bahasa, ahli filsafat Yunani kuno.

11. Fakhruddin Razi (wafat thn 1290); ahli matematika, ahli fisika, tabib/dokter, filosof, penulis ensiklopedia ilmu pengetahuan modern.

12. Ibnu Khaldun (wafat thn 1406); sejarahwan, pendidik ulung, pendiri filsafat sejarah dan sosiologi.

13. Ibnu Thufail (wafat thn 1185); dokter, filosof, penulis novel filsafat paling awal Risalah Hayy Ibn Yaqzan kemudian dijiplak habis-habisan oleh Defoe dengan judul barunya Robinson Crusoe

14. Ibnu Al Muqaffa (wafat thn 757); pengarang kitab Al Hayawan atau kitab tentang Binatang/ Ensiklopedia tentang Hewan.

15. Ikhwan Ash Shafa (983); pembuat serial pertama dan ensiklopedi pertama (bukanlah Marshall Cavendish seperti yang diakui sekarang).

16. Al Khwarizmi (w.thn 850); menemukan logaritma (berasal dari nama Al Khwarizmi) dan aljabar (Al Jabr), ilmu bumi dengan menyatakan bumi itu bulat sebelum Galileo dengan bukunya Kitab Surah al Ardh.

17. Abu Wafa’ (w.thn 997); mengembangan ilmu Trigonometri dan Geometri bola serta penemu table Sinus dan Tangen, juga penemu variasi dalam gerakan bulan.

18. Umar Khayyam (w.thn 1123); memecahkan persamaan pangkat tiga dan empat melalui kerucut-kerucut yang merupakan ilmu aljabar tertinggi dalam matematika modern, penyair.

19. Al Battani (w.thn 929); ahli astronom terbesar Islam, mengetahui jarak bumi – matahari, alat ukur gata gravitasi, alat ukur garis lintang dan busur bumi pada globe dengan ketelitian sampai 3 desimal, menerangkan bahwa bumi berputar pada porosnya, mengukur keliling bumi. ( jauh sebelum Galileo), table astronomi, orbit planet-planet.

20. Ibnu Al Haytsam (w.thn 1039);Â pelopor di bidang optik dengan kamus optiknya (Kitab Al Manazhir) jauh sebelum Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, dan Newton, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya (jauh sebelum Snellius), penemu alat ukur ketinggian bintang kutub, menerangkan pertambahan ukuran bintang-bintang dekat zenit.

21. Al Tusi (w.thn 1274); Astronom kawakan dari Damaskus yang melakukan penelitian tentang gerakan planet-planet, membuat model planet (planetarium) jauh sebelum Copernicus.

22. Tsabit bin Qurrah (w.thn 901); penemu teori tentang getaran/trepidasi.

23. Jabir Ibnu Hayyan (w.thn 813); ahli kimia dengan berbagai eksperimennya, penemu sejumlah perlengkapan alat laboraturium modern, system penyulingan air, identifikasi alkali, asam, garam, mengolah asam sulfur, soda api, asam nitrihidrokhlorik pelarut logam dan air raksa (jauh sebelum Mary Mercurie), pembuat campuran komplek untuk cat.

24. Abu Bakar Ar Razi (w.thn 935); membagi zat kimia ke dalam kategori mineral, nabati dan hewani (klasifikasi zat kimia) jauh sebelum Dalton, pembagian fungsi tubuh manusia berdasarkan reaksi kimia komplek.

25. Al Majriti (w.thn 1007); membuktikan hukum ketetapan massa (900 tahun sebelum Lavoisier)

26. Al Jahiz (w.thn 869); menulis penelitian tentang ilmu hewan (zoology) pertama kali.

27. Kamaluddin Ad Damiri (w.thn1450); mengembangkan system taksonomi/ klasifikasi khusus ilmu hewan dan buku tentang kehidupan hewan.

28. Abu Bakar Al Baytar (w.thn 1340); pengarang buku tentang kedokteran hewan yang pertama.

29. Al Khazini (1121); ahli kontruksi, pengarang buku tentang teknik pengukuran (geodesi) dan kontruksi keseimbangan, kaidah mekanis, hidrostatika, fisika, teori zat padat, sifat-sifat pengungkit/tuas, teori gaya gravitasi (jauh 900 thn dari Newton)

30. Al Farghani (w.thn 870); pengarang buku tentang pergerakkan benda-benda langit dan ilmu astronomi dan dipakai oleh Dante jauh kemudian.

31. Al Razi (abad ke8); pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahasianya rahasia) tentang penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi (sekarang Perancis yang terkenal), ekstrak tanaman untuk keperluan obat, pembuatan sabun, kaca warna-warni, keramik, tinta, bahan celup kain, ekstrak minyak dan lemak, zat warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian tentang penyakit wanita dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata, penyakit campak dan cacar.

32. Banu Musa bersaudara (abad ke 9); pengarang buku Al Hiyal (buku alat-alat pintar) yang berisikan 100 macam mesin seperti pengisi tangki air otomatis, kincir air dan system kanal bawah tanah (sekarang yang terkenal Belanda), teknik pengolahan logam, tambang, lampu tambang, teknik survei dan pembuatan tambang bawah tanah.

33. Al Farazi (w. thn 790); perintis alat astrolab planisferis yaitu mesin hitung analog pertama, sebagai alat Bantu astronomi menghitung waktu terbit dan tenggelam serta titik kulminasi matahari dan bintang serta benda langit lainnya pada waktu tertentu.

34. Taqiuddin (1565); merintis jam mekanis pertama dan alarmnya yang digerakkan dengan pegas.

35. Ibnu Nafis (w.thn 1288); menulis dan menggambarkan tentang sirkulasi peredaran darah dalam tubuh manusia (Harvey 1628 dianggap pertama yang menemukannya).